Ceritaku di Masa Pandemi: Kilas Balik

Saya tiba-tiba termenung melihat screenshot pesan antara dua teman sayasebutlah X dan Y, di mana X tidak mau menghubungi saya, setelah diingat-ingat ternyata tentang satu hal di mana bawaan sikapnya memang seperti itu sejak pertama kali saya kenal. Jujur, tangan saya dingin, saya berpikir apakah itu salah saya, tapi saya tidak ingin justifikasi diri sendiri maupun X. Saya hanya ingin hidup damai. 

Perlahan saya berpikir untuk apa mudah terpancing emosi. Apa bedanya saya yang sebelum maupun saat kuliah dulu jika saya mengedepankan "ayo selesaikan dengan face to face". Entah sekarang saya sudah sangat malas berurusan dengan drama yang dibuat-buat atau memang saya juga yang tidak menyadari pemikiran X. Saya tidak ingin diberatkan atas hal di luar kuasa saya.

Memilih teman. Tidak seburuk atau sesadis yang dipikirkan, psikolog menyarankan jika pertemanan yang sudah tidak sehat, lebih baik dihindari. Bukan berarti sebuah kelemahan, keep being nice tapi bijaklah memberi jarak. Saat ini saya memilih teman yang bisa grow up bersama, satu frekuensi, respecting each other. Menemukan teman seperti itu adalah anugerah Tuhan, termasuk pasangan saya.

What I learned today, stay focus on what you want, the less you respond to negative thing, the more peaceful your life will become.


Stay health, everyone!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Counted Days

89

no title