...

Hai.

Hari ini aku tersadar bahwa bercerita dan berkeluh kesah memiliki dampak untuk si pendengar cerita. Jika kita bercerita baik, si pendengar akan terbawa kebahagiaan. Namun sebaliknya, jika yang kita lakukan hanya berkeluh kesah maka si pendengar akan ikut merasa tidak baik-baik saja.

Yang aku sesali adalah mengapa aku menjadi orang yang bisa sangat terbuka dengan orang lain, padahal sebelumnya aku bisa menutup rapat, apa hal yang hari ini ku lalui, dengan siapa aku berhubungan, bahkan uang receh yang tersisa pun aku selalu bisa menghandle itu semua. 

Beberapa tahun ini, my life is change. Memang ada beberapa bagian yg membuat diri ini berubah menjadi lebih baik.

Lalu, bila dipikir, untuk apa aku berbagi kisah? Jika sesungguhnya ketenangan yang aku butuhkan tetapi malah membuat si pendengar mendapat beban? Sungguh bukan maksudku seperti itu. Memikirkan kabel kusut di kepala saja sudah pening, ditambah memikirkan bahwa yang mereka rasakan menjadi tanggung jawabku? Memang ada yang salah di otakku, aku perlu memeriksanya!

Langkah yang bisa diambil saat ini adalah:
1. Meminta maaf dan berterima kasih kepada semua orang yang sudah lapang hati untuk mendengar keluh kesahku
2. Meminta kepada mereka untuk bilang "stop" jika aku mulai menjurus berkeluh kesah, baik tentang pekerjaan, kehidupan sehari-hari, atau hanya sekadar mengeluh macet
3. Turn on the "just observe" button, I don't need to react everything
4. Berpikir bahwa curhat ke psychiatrist >>> bercerita ke orang sekitar

Siapapun yang membaca ini, apapun pikiran yang timbul setelah ini, aku berterima kasih dan meminta maaf yang sebesar-besarnya sudah merepotkan. You guys deserve better than having a person like me😁


Everyone has their own love language, mine is let them happy without me.
- Jakarta, May 4th 2022

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Counted Days

89

no title